Negeri Gorong-Gorong

Di sebuah tempat yang terletak di bawah keramaian duniawi, terdapat sebuah negeri yang makmur dan sejahtera. Negeri tersebut bernama Negeri Gorong-Gorong.

Negeri gorong-gorong adalah negeri yang tak mau dan tak ingin dilewati oleh cahaya. Negeri dimana gelap dan kotor sudah menjadi hal yang biasa. Disana merupakan tempat tinggal berbagai jenis mahluk yang cerdas, mulai dari tikus, kecoak, cicak hingga iblis pun ada. Paket komplit memang, dan begitulah nyatanya.

Di negeri gorong gorong tikus adalah raja diraja. Pusatnya pusat dan intinya inti. Bahkan sistem tatanan dan undang-undang dari negeri tersebut dibuat berdasarkan poling suara dari para tikus tikus yang sudah cukup berpengalaman di bidangnya. Ya sesekali iblis ikut nimbrung sana sini biar tidak kelihatan pupuk bawang. Sementara kecoak dan cicak hanya ditugaskan sebagai penggembira dan penjaga kotak suara.

Sampai pada abad ke-202 di siang hari yang terik, ada sebuah boneka yang jatuh kedalam gorong-gorong. Dimana kehadiran boneka tersebut membuat penghuni didalamnya ikut terkejut. Karena jika dilihat dari luar, sepintas penampilan boneka tersebut cenderung bagus tapi dengan punya wajah yang lumayan mene-duhh-kan.

Para tikus pun mengerubungi boneka itu. Diciuminya boneka tersebut, di endus endus, beberapa ada yang sampai menjilatinya. Seumur-umur, baru kali ini mereka mencium bau aroma yang berbeda. Aroma yang kuat. Aroma yang membuat para tikus menyukainya.

Lantas diadakanlah sebuah rapat besar dadakan. Salah satu tetua tikus membuka notulen rapat :

Karena negeri kita ini terlalu banyak dipimpin oleh para tikus, sudah saatnya negeri kita dipimpin oleh sosok yang baru. Sosok yang berwibawa, ditakuti tapi juga harus ngemong wong cilik

Tikus kedua ikut bersuara

Betul itu, biar ada sosok yang melindungi dan mengayomi para tikus. Serta lebih mentikuskan tikus itu sendiri. Kira kira siapa sosok yang punya karomah seperti itu?

Tikus ketiga dan keempat terdiam. Termenung, sambil mulutnya memakan sepotong apel yang dicurinya dari kecoak.

Naaaah, bagaimana kalau kita jadikan boneka saja sebagai pemimpin kita?” ujar se-ekor tikus yang sedang berenang di selokan

“tok . . tok . . tok . . “

Sepakat

Ucap tikus tetua.

Suasana pun menjadi riuh meriah. Para tikus saling berangkulan, saling berjabatan tangan, saling menyentingkan gelas anggur merah satu sama lain. Mereka berpesta selama 11 hari 12 malam. Di negeri gorong gorong, satu hari itu sama dengan satu tahun di dunia nyata.

Selama menjabat di negeri gorong-gorong, boneka tersebut menunjukkan kebijaksanaannya dengan baik. Seperti melindungi hak hak tikus, memperluas daerah expansi tikus, sampai mensejahterakan tikus tikus itu sendiri.

Bahkan saking istimewanya adalah, apabila ada seekor tikus yang dihukum dan apesnya ia masuk penjara, bilamana ia sudah bebas ia dapat kembali mengisi posisi penting di negeri gorong-gorong. Sungguh kebijakan yang sangat mulya.

Boneka juga tak lupa untuk memberi perintah kepada Iblis selaku pemangku utama sistem untuk meng-sahkan kebijakan kebijakan yang kompulsif, inovatif dan solutif. Hal ini dilakukan untuk menyamai tingkat kecerdasan para tikus yang diatas rata-rata. Sehingga akhirnya pengesahan UUT (Undang-Undang Tikus) dilaksanakan pukul tiga dinihari. Tujuannya jelas, agar para tikus mendapatkan SURPRISE ketika bangun di pagi hari.

Hal yang mungkin sedikit luput dari kepemimpinan boneka adalah ketika si boneka cenderung pilih kasih kepada para kecoak dan cicak. Mereka diberi mandat yang cukup berat namun mendapat jatah upah yang kecil. Para kecoak bertugas mengamankan negeri ini agar tidak dimasuki oleh mahluk mahluk lain. Sebagaimana profesi kecoak yang rela mengorbankan nyawa meski tidak dapat rawon di akhir hidupnya.

Sedangkan untuk cicak dengan kelihaiannya harus memberikan rating baik kepada kepemimpinan boneka tersebut. Agar citra dan kewibawa-annya tetap terjaga. Meskipun mereka hanya dapat jatah 1 ekor nyamuk setiap harinya.

Begitulah, hidup di negeri gorong-gorong. Makmur dan sejahtera.

Lantas bagaimana nasib kehidupan di atas negeri gorong-gorong ?

Tinggalkan komentar